Menuju Gerakan Sosial Global yang Efektif

Gerakan Sosial Global,
Menuju Pergerakan yang Efektif


Gerakan Sosial Global adalah suatu usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang terberdayakan dan sadar akan adanya ketimpangan, ketidakadilan, penderitaan, dan ketidakpedulian terhadap manusia, makhluk hidup, maupun alam. Segala permasalahan ini timbul akibat suatu tata kelola global yang salah. Suatu tata kelola global yang tidak memperhatikan hal-hal yang bersifat etis dan moral. Gerakan Sosial Global juga bergerak sebagai suatu counter-hegemony dalam artian GSG-lah yang kemudian melakukan protes dan aksi terhadap system internasional yang hegemonic dan memaksa negara-negara maupun actor global lainnya untuk mengikuti aturan main, ideology serta praktek-praktek kehidupannya.
GSG pada dasarnya bergerak untuk melakukan perubahan, baik perubahan kebijakan, perubahan system, perubahan fundamental melalui pendampingan, pembelaan terhadap kaum yang termarginalkan, dan melakukan emansipasi. Tindakan-tindakan yang dilakukan GSG ini adalah hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam usaha-usahanya mencapai tujuan, sebagian GSG berhasil, namun sebagian lagi masih menemui jalan buntu. Permasalaham yang dihadapi oleh GSG bisa jadi adalah permasalahan terkait system gerakan tersebut kemudian beberapa metode dan cara. Tentu, yang menjadi tujuan kita bersama adalah terbentuknya suatu gerakan sosial yang mumpuni dan mampu melakukan perubahan. Demi tercapainya hal tersebut, maka harus ada rekomendasi bagaimana bentuk ideal dari sebuah Gerakan Sosial Global. Untuk itu kita harus memahami bagaimana karakteristik aksi atau tindakan nyata yang telah dilakukan oleh gerakan-gerakan sosial global dan menganalisa apa-apa saja yang perlu ditingkatkan dalam suatu gerakan sosial global sehingga gerakan tersebut menjadi lebih efektif, konsisten dan fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Gerakan sosial global yang telah ada dan bergerak sekarang ini umumnya telah melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai apa yang kita sebut dengan persamaan dan keadilan. Baik perlakuan dan hak bagi manusia maupun bagi lingkungan. Namun demikian, ternyata masih banyak hal yang perlu ditingkatkan oleh gerakan-gerakan sosial global secara umum berkaitan dengan system, kekuatan, kesatuan, fleksibilitas, jaringan komunikasi, metode-metode sosialisasi, bentuk gerakan dan ketepatan informasi serta pemahaman terhadap isu. GSG yang telah memenuhi syarat yang tersebut diatas, bisa kita kategorikan sebagai sebuah bentuk GSG yang paling ideal.

Sistematis
Global governance atau tata kelola global adalah suatu kelompok negara yang membentuk seperangkat regulasi yang kemudia berlaku umum. Contoh dari suatu global governance adalah G-20. Tata kelola global seperti berjalan dengan sangat sistematis dan bersifat Government to Government. Terkadang memang tata kelola global seperti ini akan mengakibatkan berbagai kontroversi dan ketimpangan. Untuk melawan arus tersebut, GSG juga harus bersifat sistematis, dalam artian mempunyai system yang handal yang kemudian dapat merubah tata kelola global yang lebih baik dengan memberikan alternative-alternative tertentu. Jika suatu GSG tidak bergerak secara systematic, maka secara logika tidak akan berhasil melawan suatu system.

Sosialisasi dengan Metode yang Tepat
GSG dalam pergerakannya, bagaimanapun, mengusahakan untuk merangkul massa sebanyak-banyaknya untuk sadar bahwa adanya ketimpangan yang terjadi akibat system internasional yang telah terkonstruksi untuk tidak berpihak pada mereka. Sosialisasi ini seringkali menjadi kendala dan banyaknya orang awam tidak faham dengan isu-isu yang ada. Berkaitan juga dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang beragam, maka GSG harus melakukan pendekatan yang fleksibel dan sesuai dengan sasaran yang akan dituju.


Penyatuan Pemahaman terhadap Isu (Common knowledge)

Baik GSG yang bergerak dalam isu-isu lingkungan maupun dalam isu system kapitalisme global akibat menyebarnya praktek dan ideology neoliberalisme, setiap elemen yang menjadi penggerak harus menyamakan pemahaman mereka terhadap isu tersebut. Mereka harus paham apa dampaknya terhadap anak-anak mereka, terhadap mereka sendiri dan terhadap dunia. Perbedaan pemahaman akan isu akhirnya juga akan mengakibatkan elemen-elemen masyarakat gagal dalam membuat solusi yang universal. Persepsi yang tidak sama juga akan mengakibatkan munculnya berbagai tindakan/aksi yang sama sekali kontra produktif dengan tujuan awal sebagai counter-hegemony untuk memberikan alternative/solusi yang lebih baik untul mengelola dunia.
Sebagai contoh dapat kita ambil dari gerakan global World Social Forum yang mengkritisi dampak negative dari globalisasi, yaitu terciptanya ketimpangan global akibat penerapan solusi-solusi dari neoliberalisme. Globalisasi diartikan berbeda-beda oleh setiap individu maupun kelompok. Oleh karena itu, World Social Forum sangat sulit melakukan pendekatan yang bersifat global yang menyentuh seluruh elemen masyarakat global. Sebagai bukti, Indonesia sendiri sering disebut sebagai negara yang terkena dampak buruk terbesar akibat globalisasi. Namun, masyarakat Indonesia sendiri tidak menyadari akan hal itu, bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengetahui apa itu World Social Forum yang secara khusus memang peduli terhadap kenyataan yang dihadapi negara-negara seperti Indonesia.

Fleksibilitas dan Konstruktif
Gerakan anti-free trade di Seattle mungkin bisa kita jadikan pelajaran bahwa sesungguhnya gerakan sosial global harus memiliki fleksibilitas dan konstruktif. Dictum dalam gerakan ini adalah fix it or stop it, seolah sudah menjadi semangat yang menggebu-gebu para aktivis untuk melakukan aksi protes yang kurang bersifat membangun sebuah solusi konkrit (win-win solution) sehingga free trade itu menjadi positif dan membangun serta ramah terhadap lingkungan. Memang free-trade belum memberikan konstribusi positif untuk negara-negara dunia ketiga dan negara-negara berkembang. Namun dengan merumuskan aturan-aturan yang jelas dan menguntungkan seluruh pihak, maka free-trade menjadi positif dan konflik antara masyarakat dan pemerintah yang banyak menyebabkan kerugian besar dapat diminimalisir. Yang penulis sarankan di sini adalah bahwa gerakan sosial global akan menjadi lebih ideal jika mereka memegang prinsip fleksibilitas dan konstruktif, dalam artian gerakan juga membentu suatu ruang public yang konstruktif dan kemudian menghasilkan solusi alternative yang tepat untuk menghadapi permasalahan-permasalahan global yang ada.

Komunikasi (Ketepatan & Kecepatan Informasi)
Gerakan sosial global akan menjadi sangat efektif ketika komunikasi dan arus informasi bekerja dengan baik. Kemajuan teknologi dengan berkembangnya world wide web telah dan akan membantu dengan sangat baik terkait komunikasi antar gerakan sehingga terbentuklah suatu gerakan sosial global yang efektif.

Doktrin
Dalam mensosialisasikan isu yang diangkat oleh suatu gerakan sosial global, mereka harus menanamkan doktrin tertentu kepada masyarakat global agar isu tersebut mudah untuk dipahami dengan kondisi global yang multi perspektif dan multi linguistik. Sebagai contoh, untuk masalah kerusakan lingkungan, gerakan sosial tersebut mesti mencari doktrin yang tepat dan didukung oleh fakta-fakta yang akurat, (misal: bumi akan menghadapi bencana besar, kekurangan pangan, kehancuran ekosistem, dan perubahan iklim yang ekstrim apabila seluruh komponen global tidak bertindak secara bersama-sama)

Kesimpulan
Gerakan sosial global sebagai penyambung lidah rakyat dan berbagai kepentingan yang termasrginalkan harus bergerak dengan cara yang lebih efektif agar dapat mencapai tujuan perubahan yang diinginkan. Beberapa prinsip dan jalan yang harus dimiliki oleh suatu gerakan sosial global adalah bentuk yang sistematis, sosialisasi dengan metode yang tepat, penyatuan pemahaman terhadap isu, fleksibel dan konstruktif, komunikasi efektif dan doktrin. Dengan prinsip-prinsip tersebut, maka gerakan sosial global akan lebih bekerja dengan baik,

Mid Term Test of Fourth Semester, Subject: Global Social Movement

Comments

Popular posts from this blog

International Regime “Suatu Pengantar”

Perspektif Behaviourism dalam Memahami Perubahan Paradigma Politik Nuklir Iran pada Masa Pemerintahan Hassan Rouhani

Catatan Kuliah: Critical Theories